Saya adalah alumni mahasiswa Fakultas Perikanan
pada sebuah Universitas. Selama kuliah sejujurnya saya sangat tertarik dengan
mata kuliah yang membahas tentang kondisi perairan. Jelas kalau apa yang saya dapatkan
selama di bangku kuliah sudah memberikan pendalaman tentang dunia perikanan
khususnya tentang sifat dari perairan tersebut. Sadar sesadar sadarnya bahwa
apa yang saya terima adalah hasil dari sebuah usaha yang dilakukan oleh para peneliti tersohor dari
berbagai belahan bumi ini, yang pasti ilmu pengetahuan tentang kimia dan fisika
perairan yang saya terima adalah sebuah kondisi pengetahuan dimana manusia
sudah benar-benar mengenal akan Iptek yang serba canggih. Keberhasilannya
melalui pendalaman-pendalaman luar biasa tentunya, baik dari segi dasar ilmu
pengetahuan, waktu, materi serta konsentrasi tanpa henti agar usaha itu
terwujud nyata sehingga menjadi rujukan atau referensi dalam mengembangkan
berbagai pemanfaatan terhadap perairan tersebut, baik perairan air tawar maupun
pada perairan air laut. Satu hal yang mengesankan bagi saya adalah kondisi perairan
itu sendiri. Sungguh elok dan berdinamika.
Kondisi perairan ini khususnya perairan air
laut bila kita telusuri dengan seksama ternyata terdapat sebuah fenomena alam
yang mengagumkan. Fenomena dimana terdapat pertemuan antara dua jenis air yang
berbeda. Nah dalam kondisi seperti ini awalnya biasa saja namun tanpa disadari saya
dibuat tersentak ketika sebuah ayat Al-Qur’an yang bunyi ayatnya seperti begini
:
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini
tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53).
Subhannallah.. Al-Qur’an kembali menunjukan kebenaran Allah swt
yang diucapkan jauh sebelum adanya kegiatan meneliti seperti sekarang ini.
Air merupakan wilayah yang meliputi kira-kira
75 persen dari luas permukaan bumi. Di mana air laut (air asin) memiliki
kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dengan air tawar. Namun keduanya
berasal dari sumber yang sama setelah melewati beberapa proses yang secara
terus-menerus berputar.
Perputaran kedua air tersebut, dimulai dengan menguapnya air yang terdapat di lautan dan samudera. Sehingga air yang pada mulanya berupa zait cair berubah menjadi zat uap yang saling menumpuk dalam bentuk awan yang selanjutnya menjadi tetesan air yang jatuh ke bumi dalam sebagai hujan yang jatuh di lautan, samudera, sungai-sungai dan seluruh permukaan bumi di wilayah tertentu dimana hujan tersebut turun.
Kedua jenis air ini merupakan unsur terpenting
bagi keberlangsungan hidup benda-benda yang ada di permukaan bumi dalam proses
kehidupan mereka saling berpadu.
Dan yang menakjubkan, perpaduan ini tidak hanya terjadi antara air asin dengan air asin, tapi juga antara air tawar dengan air asin. Seperti yang terjadi antara Sungai Nil yang mengalir ke Laut Tengah. Dan banyak lagi sungai yang terdapat di belahan bumi ini termasuk di Indonesia.
Pertemuan antara dua titik perairan yang asin dan
tawar, telah menimbulkan banyak pertanyaan bagi para ilmuwan: Apakah salah satu
dari dua air tersebut bisa memengaruhi yang lainnya? Berapa persen tingkat
kemurnian kedua jenis air tersebut ketika keduanya bertemu di satu titik?
Apakah dimungkinkan pengontrolan titik pertemuan antara keduanya?
Namun seiring dengan kemajuan pada bidang hedrologi
dan penggunaan media elektronik dan magnetik, para ilmuwan, telah dapat
memastikan bahwa sebenarnya pertemuan kedua bagian yang berbeda dari ke dua
jenis air inilah yang telah menghasilkan suatu ‘wilayah perbatasan’ tertentu
yang berfungsi untuk mencegah percampuran kedua jenis air, secara terus-menerus
dan tidak berhenti.
Gambar di atas adalah fenomena dasar laut dengan
jelas memperlihatkan bagaimana adanya pemisahan antara dua jenis air yang
berbeda sehigga membentuk sebuah kohesi. adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang
sejenis. Kohesi dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat.
Dengan demikian, kamu pasti tahu bahwa gaya kohesi zat padat lebih besar
dibandingkan dengan zat cair dan gas (hayo…coba ingat kembali susunan partikel
pada zat padat, cair, dan gas pada artikel sebelumnya). Gaya kohesi
mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan saling melekat. Contoh
peristiwa kohesi adalah : Tidak bercampurnya air dengan minyak, tidak
melekatnya air raksa pada dinding pipa kapiler, dan air pada daun talas. Pada kasus
air laut (dua jenis masa air) hal ini dikarenakan perbedaan suhu, kadar garam, dan
kerapatan/kekentalan air (density)nya yang selanjutnya disebut densitas biasanya.
Lebih lanjut lagi pada fenomena di selat
Gibraltar. Arus Selat Gibraltar memang sangat besar di bagian bawahnya.. Air laut
di Laut Tengah (Mediterania) memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih
tinggi dari air laut yang ada di Samudera Atlantik. Menurut sifatnya, air akan
bergerak dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih
rendah. Sehingga arus di selat Gibraltar bergerak ke barat, menuju Samudera
Atlantik. Lalu apakah air ini akan bercampur dengan air di Samudera Atlantik? Ternyata
tidak.
Ketika air laut dari Laut Tengah menuju Samudera Atlantik, mereka tidak
mencampur. Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air ini. Bahkan batas
antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas. Air laut dari Samudera
Atlantik berwarna biru lebih cerah. Sedangkan air laut dari Laut Tengah
berwarna lebih gelap. Inilah keajaiban alam. Tidak hanya itu yang aneh dari
perilaku dari kedua air laut ini. Ternyarta, air laut dari laut Tengah yang
tidak mau bercampur dengan air laut dari Samudera Atlantik ini menyusup dibawah
air laut yang berasal dari Samudera Atlantik. Air dari Laut Tengah ini menyusup
di bawah air dari Samudera Atlantik di bawah kedalaman 1000 meter dari
permukaan Samudera Atlantik.
Lagi-lagi Al-Qur’an telah memberi isyarat
sekaligus dasar analisis tentang hukum hukum kimia fisika perairan tersebut.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20).
Al-Qur’an memberitahukan
informasi ini dikala manusia ada dalam keadaan kondisi Jahiliyah, dimana
kehidupan pada saat itu alat untuk tulis menulis saja masih menggunakan
lembaran-lembaran kulit binatang yang biasanya disebut dengan suuf. Benar-benar
jauh dari ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Siapakah yang yang tahu tentang fenomena laut dikala itu kemudian
dituangkan ke dalam Al-Qur’an, apakah itu nabi Muhammad? Tidak bro.., Nabi
Muhammad sama sekali tidak mengetahui perihal ini. Lalu siapakah dia, apakah
ada pula referensi selain Al-Qur’an yang dapat memberikan gambaran yang sedemikian
rumit tentang kondisi perairan tersebut? Lagi-lagi tidak ada, maka jelaslah
bahwa yang memberitahukan fenomena ini kepada Nabi Muhammad sebagai Mu’jizat
yang diperuntukan untuk kehidupan manusia adalah Allah Subhanallahu wata’ala.
Apa hakekat dari peruntukan itu?
Jawabannya :
Dan
Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir.
(QS. An-Nahl, 16: 44)
0 komentar:
Posting Komentar