Pages

Subscribe:

RSS feed

Rabu, 05 Juni 2013

KEBENARAN AL-QUR’AN "PERTEMUAN DUA MASA AIR"



Saya adalah alumni mahasiswa Fakultas Perikanan pada sebuah Universitas. Selama kuliah sejujurnya saya sangat tertarik dengan mata kuliah yang membahas tentang kondisi perairan. Jelas kalau apa yang saya dapatkan selama di bangku kuliah sudah memberikan pendalaman tentang dunia perikanan khususnya tentang sifat dari perairan tersebut. Sadar sesadar sadarnya bahwa apa yang saya terima adalah hasil dari sebuah usaha  yang dilakukan oleh para peneliti tersohor dari berbagai belahan bumi ini, yang pasti ilmu pengetahuan tentang kimia dan fisika perairan yang saya terima adalah sebuah kondisi pengetahuan dimana manusia sudah benar-benar mengenal akan Iptek yang serba canggih. Keberhasilannya melalui pendalaman-pendalaman luar biasa tentunya, baik dari segi dasar ilmu pengetahuan, waktu, materi serta konsentrasi tanpa henti agar usaha itu terwujud nyata sehingga menjadi rujukan atau referensi dalam mengembangkan berbagai pemanfaatan terhadap perairan tersebut, baik perairan air tawar maupun pada perairan air laut. Satu hal yang mengesankan bagi saya adalah kondisi perairan itu sendiri. Sungguh elok dan berdinamika.



Kondisi perairan ini khususnya perairan air laut bila kita telusuri dengan seksama ternyata terdapat sebuah fenomena alam yang mengagumkan. Fenomena dimana terdapat pertemuan antara dua jenis air yang berbeda. Nah dalam kondisi seperti ini awalnya biasa saja namun tanpa disadari saya dibuat tersentak ketika sebuah ayat Al-Qur’an yang bunyi ayatnya seperti begini :


“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53).



Subhannallah.. Al-Qur’an kembali menunjukan kebenaran Allah swt yang diucapkan jauh sebelum adanya kegiatan meneliti seperti sekarang ini.



Air merupakan wilayah yang meliputi kira-kira 75 persen dari luas permukaan bumi. Di mana air laut (air asin) memiliki kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dengan air tawar. Namun keduanya berasal dari sumber yang sama setelah melewati beberapa proses yang secara terus-menerus berputar.


Perputaran kedua air tersebut, dimulai dengan menguapnya air yang terdapat di lautan dan samudera. Sehingga air yang pada mulanya berupa zait cair berubah menjadi zat uap yang saling menumpuk dalam bentuk awan yang selanjutnya menjadi tetesan air yang jatuh ke bumi dalam sebagai hujan yang jatuh di lautan, samudera, sungai-sungai dan seluruh permukaan bumi di wilayah tertentu dimana hujan tersebut turun.



Kedua jenis air ini merupakan unsur terpenting bagi keberlangsungan hidup benda-benda yang ada di permukaan bumi dalam proses kehidupan mereka saling berpadu.


Dan yang menakjubkan, perpaduan ini tidak hanya terjadi antara air asin dengan air asin, tapi juga antara air tawar dengan air asin. Seperti yang terjadi antara Sungai Nil yang mengalir ke Laut Tengah. Dan banyak lagi sungai yang terdapat di belahan bumi ini termasuk di Indonesia.

Pertemuan antara dua titik perairan yang asin dan tawar, telah menimbulkan banyak pertanyaan bagi para ilmuwan: Apakah salah satu dari dua air tersebut bisa memengaruhi yang lainnya? Berapa persen tingkat kemurnian kedua jenis air  tersebut ketika keduanya bertemu di satu titik? Apakah dimungkinkan pengontrolan titik pertemuan antara keduanya?



Namun seiring dengan kemajuan pada bidang hedrologi dan penggunaan media elektronik dan magnetik, para ilmuwan, telah dapat memastikan bahwa sebenarnya pertemuan kedua bagian yang berbeda dari ke dua jenis air inilah yang telah menghasilkan suatu ‘wilayah perbatasan’ tertentu yang berfungsi untuk mencegah percampuran kedua jenis air, secara terus-menerus dan tidak berhenti.


Gambar di atas adalah fenomena dasar laut dengan jelas memperlihatkan bagaimana adanya pemisahan antara dua jenis air yang berbeda sehigga membentuk sebuah kohesi. adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat. Dengan demikian, kamu pasti tahu bahwa gaya kohesi zat padat lebih besar dibandingkan dengan zat cair dan gas (hayo…coba ingat kembali susunan partikel pada zat padat, cair, dan gas pada artikel sebelumnya). Gaya kohesi mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan saling melekat. Contoh peristiwa kohesi adalah : Tidak bercampurnya air dengan minyak, tidak melekatnya air raksa pada dinding pipa kapiler, dan air pada daun talas. Pada kasus air laut (dua jenis masa air) hal ini dikarenakan perbedaan suhu, kadar garam, dan kerapatan/kekentalan air (density)nya yang selanjutnya disebut  densitas biasanya.



Lebih lanjut lagi pada fenomena di selat Gibraltar. Arus Selat Gibraltar memang sangat besar di bagian bawahnya.. Air laut di Laut Tengah (Mediterania) memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air laut yang ada di Samudera Atlantik. Menurut sifatnya, air akan bergerak dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih rendah. Sehingga arus di selat Gibraltar bergerak ke barat, menuju Samudera Atlantik. Lalu apakah air ini akan bercampur dengan air di Samudera Atlantik? Ternyata tidak.
Ketika air laut dari Laut Tengah menuju Samudera Atlantik, mereka tidak mencampur. Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air ini. Bahkan batas antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas. Air laut dari Samudera Atlantik berwarna biru lebih cerah. Sedangkan air laut dari Laut Tengah berwarna lebih gelap. Inilah keajaiban alam. Tidak hanya itu yang aneh dari perilaku dari kedua air laut ini. Ternyarta, air laut dari laut Tengah yang tidak mau bercampur dengan air laut dari Samudera Atlantik ini menyusup dibawah air laut yang berasal dari Samudera Atlantik. Air dari Laut Tengah ini menyusup di bawah air dari Samudera Atlantik di bawah kedalaman 1000 meter dari permukaan Samudera Atlantik.



Lagi-lagi Al-Qur’an telah memberi isyarat sekaligus dasar analisis tentang hukum hukum kimia fisika perairan tersebut.



Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20).



Al-Qur’an memberitahukan informasi ini dikala manusia ada dalam keadaan kondisi Jahiliyah, dimana kehidupan pada saat itu alat untuk tulis menulis saja masih menggunakan lembaran-lembaran kulit binatang yang biasanya disebut dengan suuf. Benar-benar jauh dari ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.



Siapakah yang yang tahu tentang fenomena laut dikala itu kemudian dituangkan ke dalam Al-Qur’an, apakah itu nabi Muhammad? Tidak bro.., Nabi Muhammad sama sekali tidak mengetahui perihal ini. Lalu siapakah dia, apakah ada pula referensi selain Al-Qur’an yang dapat memberikan gambaran yang sedemikian rumit tentang kondisi perairan tersebut? Lagi-lagi tidak ada, maka jelaslah bahwa yang memberitahukan fenomena ini kepada Nabi Muhammad sebagai Mu’jizat yang diperuntukan untuk kehidupan manusia adalah Allah Subhanallahu wata’ala


Apa hakekat dari peruntukan itu?


Jawabannya :

Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir. (QS. An-Nahl, 16: 44)


0 komentar:

Posting Komentar