Pages

Subscribe:

RSS feed

Jumat, 16 Agustus 2013

INJIL KANONIK, PERKATAAN YESUS CUMA 18%



Mengenai Injil Yohanes pasal 1 ayat 1 dan 14, dalam buku The Five Gospels yang diterbitkan oleh Harper San Fransisco, yang dikomentari oleh Robert W. Funk dan Roy W. Hoover, ternyata ayat-ayat tersebut tidak masuk dalam kategori ucapan Yesus yang diseminarkan.

Injil yang diakui di Indonesia ada empat yaitu Injil Matius, Markus, Lukas dan ohanes. Di Amerika sekitar tahun 1993, di kota Sanoma CaIifornia, disponsori oleh Westar Instituie, Injil itu diseminarkan
oleh sekitar 76 orang ahli dari berbagai kalangan, seperti guru besar dari berbagai Universitas terkenal didunia, para ahli ilmu theologi dari Katolik dan Protestan, ahli kitab suci, ahli bahasa Ibrani dll yang semuanya tidak ada orang Islam. Injil yang diseminarkan ada lima
yaitu Injil Matius Markus, Lukas, Yohanes dan Injil Thomas.
Ke lima
Injil yang bernama "The Five Gospels" diseminarkan dalam rangka
mengklasifikasikan sabda Yesus. Makanya dalam cover The Fiue Gospels
tersebut tertulis What Did Jesus Really Say? The
Search For The
Authentic Words of Jesus. (Apa yang benar-benar Yesus ucapkan?
Mencari ucapan asli dari Yesus).


Dalam kitab The Five Gospels tersebut, semua ucapan atau sabda Yesus, dicetak berwarna. Ada empat warna yang disepa¬kati, yaitu merah (RED), merah muda (PINK), kelabu (GRAY) dan hitam bolt (BLACK). Ada tiga option (pilihan) yang disepakati untuk menentukan derajat kebenaran sabda / ucapan Yesus, yaitu :

Option 1
** Red : I would include this item unequivocally in the database
for determining who Jesus was.
** Pink : I would include this item with reservations (or
modifications) in the database.
** Gray : I would not include this item in the database, but I might
make use of some of the content in determining who Jesus was.
** Black : I would not include this item in the primary database.

Option 2
** Red : Jesus undoubtedly said this or something very like it.
** Pink : Jesus probably said something like this.
** Gray : Jesus did not say this, but they ideas contained in it
are close to his own.
** Black : Jesus did not say this, it represents the perspective or
content of a later or different tradtion.

Option 3
** Red : That`s Jesus !
** Pink : Sure sounds like Jesus. ** Gray : Well, maybe.
** Black : There`s been some mistake.

Dari hasil seminar, ternyata Injil Yoha¬nes pasal 1 ayat 1 & 14 tidak
masuk kategori yang dinilai atau yang diseminar-kan, sebab ayat-ayat
tersebut dianggap bukan sabda atau ucapan Yesus.
Ayat itu hanyalah ucapan Yohanes saja! Dan ayat tersebut tidak masuk dalam kategori
RED, PINK, GRAY & BLACK.
Hasil akhir dari penelitian dalam seminar yang dilakukan oleh 76 ahli dari berbagai kalangan, menyatakan sebagai berikut :

"Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the gospels were not actually spoken by him, according to the Jesus Seminar."

"Delapan puluh dua persen kata-kata yang dianggap berasal dari Yesus di dalam Injil, tidaklah benar-benar diucapkan olehnya, menurut Seminar Yesus."

Pernyataan 76 (tujuh puluh enam) ahli dari berbagai kalangan dari seluruh dunia dalam Seminar tentang Yesus, sungguh mengejutkan dunia, khususnya dikalangan kaum Kristiani, sebab kalau 82% (delapan puluh dua persen) isi Injil bukan benar¬benar diucapkan Yesus, berarti hanya 18% (delapan belas persen) saja isi Injil yang dianggap ucapan Yesus. Ternyata Yoh 1:1 & 14 yang jadi acuan bahwa Yesus 100% Tuhan dan 100% manusia, menurut 76 ahli tersebut, bukan ucapan Yesus, tapi
hanya pendapat penulis Injil itu saja, yaitu Yohanes. Padahal para perseta Seminar Yesus tersebut, tidak ada satupun orang Islam, dan tidak satupun berasal dari lndonesia.

Lebih ironis lagi, dari semua Injil-Injil yang diseminarkan tersebut, Injil Yohanes termasuk yang hampir 100% dianggap bukan ucapan Yesus.

Hasilnya sungguh mengejutkan, dari 4 (empat) kategori, tidak ada satu ayatpun dalam seluruh Injil Yohanes yang dicetak hurup Red. Hurup Pink saja hanya ada 1 (satu), hurup Grey hanya ada 4 (empat) ayat saja, selebihnya Black. Perincian khusus Injil Yohanes sebagai berikut:

RED : (That is Jesus!), tidak satu ayat pun yang dicetak merah, berarti tidak ada satu ayatpun yang dianggap benar-benar ucapan Yesus.

PINK : (Sure sounds like Jesus), hanya ada satu ayat saja yaitu Yoh 4:43.

GRAY : (Well, maybe), hanya ada 4 (empat) ayat saja, yaitu pada Yoh 12 ayat 24, 25, 26 dan Yoh 13 ayat 20.

BLACK : (Jesus did not say this There's been some mistake!) selebihnya bukan ucapan Yesus!

Bayangkan saja, Injil Yohanes terdiri dari 21 pasal, 878 ayat dan 19099 kata. Kalau RED tidak ada, PINK hanya 1 ayat, GRAY 4 ayat, berarti sisanya BLACK (bukan ucapan Yesus) ada 873 ayat.

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah [9]: 31)

Rabu, 14 Agustus 2013

KABAR GEMBIRA DALAM ALKITAB UMAT KRISTEN ADALAH “ISLAM YANG DIBAWA NABI MUHAMMAD SAW”



Memang para debaters Kristen tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa Kerajaan Allah belum datang pada saat Yesus masih hidup di dunia ini. Namun mereka yakin Kerjaan itu akan diresmikan dan diperintah oleh Yesus kelak bila ia turun dari surga. Nah apa, dan sepeti apa kerajaan Allah itu, sebaiklah saya bentangkan setiap informasi untuk disimak sebaik-baiknya.

Kabar gembira yang disampaikan nabi Yahya as (Yohanes)- Matius 3:2:

“Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!”

Kabar gembira yang disampaikan nabi Isa as (Yesus)- Matius 4:17:

“Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!”

Dalam Inji Matius, Yesus baru berdo’a agar Kerajaan Allah itu datang dan dibentuk di dunia ini.

“Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu...” (Lukas 11:2)

Penantian akan datangnya Kerajaan Allah ini tidak hanya merupakan do’a Yesus, tetapi sudah menjadi penanti bagi umat Kristen yang menanti kedatangan Yesus maupun Mesias yang ditunggu-tunggu  umat Yahudi sampai ribuan tahun, tanpa ada gambaran sedikit pun apakah Kerajaan Allah tersebut sudah datang saat ini atau belum.

Apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah itu? Kamus  Webster mendefinisikan Kerajaan Allah (Kingdom of God) sebagai :                                                        

“Kerajaan Spiritual yang diperintahkan oleh Tuhan... Pemerintahan Tuhan dalam struktur dan fungsi, Pemerintahan yang murni yang diatur oleh Tuhan”

Dari defenisi di atas jelas nampak bahwa Kerajaan Allah (Kerajaan Surga), berarti kerajaan spritual yang diatur dengan perintah Allah yang meliputi seluruh umat manusia, atau kerajaan nyata dimana manusia diatur dengan hukum-hukum atau syariat Allah. Berita gembira tentang akan datangnya Islam yang sempurna yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, merupakan pesan yang dia sebarkan ke seluruh Israil.

“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil (Kabar Gembira) Kerajaan Allah.” (Matius 4:23)

“juga di kota-kota lain aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus “ (Lukas 4:43)

Di kerajaan tersebut, Allah akan menjadi Penguasa tunggalnya. Manusia hanya sekedar menjadi khalifah pengemban amanah Allah di muka bumi.

“Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala yang melakukan penyelamatan di atas bumi” (Mazmur 74:12)

“bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja Kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Allah memerintahkan sebagai Raja atas bangsa-bangsa..” (Mazmur 47:7-9).

Selanjutnya dalam Kerajaan tersebut Allah akan menjadi hakim atau memberikan hukum (syariat) untuk mengatur dan menghakimi manusia.

“sebab Tuhan (Allah) ialah Hakim kita, Tuhan (Allah) ialah yang memberikan hukum bagi kita; Tuhan (Allah) ialah Raja kita, dia akan menyelamatkan kita”. (Yesaya 33:22)

Kerajaan Allah dan hukum-hukumnya yang sempurna ini tidak akan ditangani nabi Yahudi. Tongkat Kerajaan akan diberikan kepada nabi dari bangsa lain yang berhak dimana bangsa-bangsa akan takluk dimasa pemerintahannya.

Tongkat Kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda (orang Yahudi) atau pun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak  atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.” (Kejadian : 49:10)

Pemerintah Kerajaan Allah yang akan diberikan oleh bangsa lain yang bukan Israil, juga ditegaskan oleh Yesus dalam Injil Matius.

“Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu (hai bani Israil), dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” (Matius 21:43)

Sejak ribuan tahun lalu nabi Yesaya telah meramalkan akan datangnya Kerajaan Allah yakni Islam yang sempurna sebagai Jalan yang lurus.

“Ada suara yang berseru-seru: ;Persipkanlah di PADANG GURUN jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yesaya 40:3)

Bandingkan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an berikut :

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)Nya, niscaya Allah akan memasukan mereka ke dalam rahmat yang besar dariNya (surga) dan limpahan karuniaNya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus untuk sampai kepadaNya.” (An Nisa 4:175)

Kerajaan Allah (Islam yang sempurna) sebagai jalan yang lurus ini belum ada di zaman nabi Yahya as (Yohanes) maupun di zaman nabi Isa as (Yesus). Keduanya mengakui dan mengatakan bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat” tetapi belum tiba (Matius 3:2; dan 4:17). Oleh karena itu, pernyataan penulis Injil Matius yang mengatakan bahwa Yesaya 40:3 ditujukan kepada Yesus, BERTENTANGAN dengan pernyataan Yesus sendiri.

Bagaimana mungkin Yohanes mempersiapkan Jalan untuk Yesus sementara Yesus sendiri juga mempersiapkan jalan untuk seorang yang akan datang sesudah dia? Hal ini sangat TIDAK LOGIS. Kenyataan ini didukung pula oleh pernyataan keduanya yang tidak mengakui sebagai nabi yang akan datang (that prophet) yang dijelaskan oleh kitab ulangan 18:18-22. Padahal nabi itu sangat dinanti-nantikan kedatangannya, sehingga siapa saja yang mengakui dirinya sebagai nabi, akan ditanya oleh para imam dan tokoh Yahudi, apakah dia adalah nabi “itu” (that prophet) yang dinubuatkan dalam kitab ulangan 18:18-22?.

“Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dan Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya dan menanyakan siapa dia:’siapakah engkau?’ ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan Mesias”. Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu siapakah engkau? Elia? Dan ia menjawab: ‘Bukan’. Engkaukah Nabi yang akan datang (Ulangan 18:18-22)? Dan ia menjawab ‘Bukan.” (Yohanes 1:19-21)

Bagaimana Yesus mengaku sebagai seorang Nabi dan pertanyaan yang sama ditanyakan kepadanya?

“Didalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadanya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ Yesus menjawab kepada mereka: ‘Pergilah dan katakan kepada Yohanes apa yang kamu dengan dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Matius 11:2-4)

Coba kita perhatikan pada ayat diatas, apakah Yesus menjawab hal tersebut? Tidak. Anehnya bukan jawaban Yesus yang dimasukan dari hasil pertanyaan murid-muridnya ya atau tidak malah yang dimuat sipenulis Injil adalah sebuah pernyataan dan tidak menjawab apa yang ditanyakan.

Apakah Yesus menjawab seperti yang termuat di Injil Matius ataukah menjawab ya atau tidak, kita tidak mengetahui dengan pasti. Namun kalau jawaban Yesus adalah tidak, dan itu ditulis oleh penulis Injil Matius, maka jawaban tersebut merupakan PUKULAN TELAK untuk umat Kristen, karena dengan demikian mereka harus mengakui bahwa masih ada Nabi lain yang akan datang sesudah Nabi Isa as (Yesus). Walaupun dalam hal ini tidak dicantumkan jawaban tersebut atau tidak menjelaskan akan datangnya Nabi sesudah Yesus, namun gambaran akan datangnya Nabi sesudah Yesus Jelas tergambar pada pernyataan Yesus di Injil Yohanes.

“Masih banyak hal-hal yang harus ku katakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ia akan memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran;sebab ia tidak akan berkata-kata dari dirinya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarnya itulah yang dikatakannya dan ia akan memberitakanmu tentang hal-hal yang akan datang” (Yohanes 16:12-13)

Sampai dengan Nabi atau Rasul yang ke XXIV, tidak seorang pun yang mengaku bahwa dialah Nabi yang akan datang tersebut.

Bagaimana dengan Yohanes 16:12-13 di atas, siapakah yang dimaksud dari ayat tersebut? Apakah itu Yesus sendiri, Yohanes, Markus, Lukas ataukah Paulus sang Pendusta? Tidak ada satupun yang masuk pada kristeria Nubuat ini kecuali Nabi Muhammad saw. Dialah (Muhammad) yang tidak berkata-kata dari dirinya sendiri dan dialah yang memberitakan tentang hal-hal yang akan datang.

Bagaimana penantian ini setelah datangnya Nabi Muhammad saw? Ketika semua nabi-nabi  mengakui bahwa ajaran mereka masih belum sempurna, maka Allah swt. memproklamirkan datangnya Kerajaan Allah, yakni agama yang sempurna Dinul Islam.

“Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan nikmatKu, dan telah Ku ridhoi Islam itu jadi agama bagimu” (Al Maidah 5:3).



Wassalam...

Semoga bermanfaat

Sumber : Dr. H. Sanihu Munir, SKM, MPH dan beberapa sumber lainnya.

Sabtu, 29 Juni 2013

HIDUP SECUKUPNYA



"Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana." Demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam Ahmad. Hadits ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. Dan, prinsip kesederhaan ini tidak hanya terucap melalui kata-kata tetapi juga mengejawantah dalam laku keseharian beliau.
Mungkin bukan kapasitas saya untuk membicarakan persoalan “Hidup Secukupnya” secara ekonomi maupun sosiologi. Namun yang ingin saya  sampaikan disini adalah sebuah ajakan untuk kita dapat berefleksi atau bercermin melalui fakta hidup yang banyak kita lalui. Bukan untuk membenarkan atau menyalahkan kehidupan seperti ini, namun untuk menarik garis merah kehidupan ke depan dari sini agar menjadi pelajaran-pelajaran yang membuat kita menjadi manusia lebih baik.
Pemburu-pemburu kenikmatan. Mungkin itu sebutan yang tepat bagi orang yang hidup dijaman modern ini. Mereka yang mempercayai kapitalisme sebagai mesin pendorong peradaban, malah menyebut kenikmatan sebagai awal dari pertumbuhan dan kemajuan. Kalau tanpa kenikmatan, bukankah semua ini jadi tidak hidup dan stagnan? Demikianlah kira-kira pertanyaan awal mereka dalam melakukan pencaharian.
Dari sinilah kemudian lahir  setiap hari jutaan pemburu kenikmatan yang tak dapat dihindari. Ada yang memburu melalui jalur seks. Ada yang mencarinya melalui hobby dan berkoleksi motor gede (Moge), mobil built up, main golf, rumah mewah secara sangat berlebihan. Ada yang mengejarnya melalui tangga-tangga kekuasaan. Bahkan ada dengan cara yang terlampau salah. Serta masih banyak lagi lainnya. Digabung menjadi satu, benar kata kaum kapitalis, kenikmatanlah awal dari kemajuan dan pertumbuhan.
Ada seorang sahabat bertutur tentang pengalamannya ketika ke pantai Natsepa di Kota Ambon yang kemudian dia mendapati ada yang menjual rujak. Ingat kalau dia sangat merindukan rujak yang selama ini kalau rujak adalah salah satu makanan vaforitnya dan sudah lama tidak dimakan, apalagi ditambah rujak Ambon adalah rujak yang memiliki nilai rasa tersendiri. Dengan bernafsuh dia makan rujak tersebut seakan ingin memberi kesan kalau ini  semua harus dibalas sepuasnya atas lamanya kerinduan terhadap makanan ini.  Dan lupa kalau memiliki penyakit maag yang sering kambu. Tidak lama kemudian penyakit maag datang menyiksa hingga harus mendapat perawatan rumah sakit.
Demikian pula petunjuk Al-Qur’an supaya kita sederhana dalam menggunakan harta yang diberikan Allah dalam surat Al-A’raf : 31:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al – A’raf- 31)
Sebuah cerita yang menuturkan tentang nasib seseorang. Dengan latar belakang masa muda yang demikian ketat, maka begitu orang tuanya meninggal hampir semua kenikmatan terutama kenikmatan seks dikejar habis-habisan tanpa memandang waktu. Tidak lama kemudian, tidak hanya sekolahnya yang berantakan. Dia pun mulai kena penyakit seks yang menakutkan.
Dari ilustrasi di atas sesungguhnya masih ada banyak cerita sejenis dengan makna serupa. Apa pun itu, yang jelas, segala bentuk kenikmatan yang datang dari luar entah makanan, seks, harta dan lain-lain memerlukan kesipan badan dan jiwa. Di tingkat yang tepat (tidak kurang tidak lebih), kenikmatan dari luar tadi menjadi sahabat. Di tingkat yang tidak tepat apa lagi yang berlebihan, maka dia menjadi musuh yang berbahaya. Bagi anda yang suka sekali nasi goreng, makanlah sepuluh piring. Pencinta sate kambig, makanlah seribu tusuk. Dengan semua langkah ini, bukankah neraka langsung menghadang di depan mata?
Sebagai mana islam berpandangan tentang kehidupan seperti ini. Islam selalu mengajarkan agar manusia hidup tidak terlalu berlebihan, maka Allah Swt. berfirman :
 “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
(Al- Furqon:67)
Sebagai ilustrasi lain, bila anda bertanya kepada keserakahan dimanakan rumah yang paling dia kunjungi? Jawabannya adalah rumah orang kaya sebab di sana dia akan menjadi ‘Raja’. Lihat saja sendiri, bagaimana orang kaya dijebak dan dibuat menderita oleh kekayaannya. Harta yang berlimpah memproduksi ketakutan akan kehilangan yang membuat imsomnia. Asuransi kehidupan yang menggunung membuat sejumlah orang tua mencurigai anak-anaknya. Sisa harta kehidupan yang melimpah (baca : warisan) tidak jarang membuat anak cucu pecah berantakan. Demikian juga sebaliknya. Orang yang teramat miskin juga dibuat menderita oleh kemiskinan. Kelaparan, kekurangan gizi, penyakit hanyalah sebagian saja dan perangkap-perangkap kemiskinan yang mencelakakan.
Seperti ayunan bandul, semakin keras semakin bernafsuh seseorang dengan kebahagiaan, semakin keras juga kesedihan menggoda. Ini juga yang dapat menjelaskan bagaimana penikmat kebahagiaan secara berlebihan tanpa disertakan rasa syukur kemudian digoda kesedihan juga yang berlebihan. Anda bisa lihat sendiri bagaimana data WHO menunjukan tingginya pemakai pil tidur oleh bangsa Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pencaharian kebahagiaan ala tanpa Hidup Secukupnya.
Belajar dari sini, penting dan teramat penting untuk segera mungkin menemukan titik cukup dalam kehidupan. Titik ini memang tidak absolut, masih bisa untuk diperdebatkan dan berbeda dari satu orang ke orang yang lain.
Entah bagaimana anda menemukan kehidupan yang cukup. Bagi saya, tidak salah bila anda mau mencoba untuk mengikuti rumus dengan kata kuncinya adalah pengeluaran. Sebab dia lebih controlable  dibandingkan dengan pendapatan. Dengan persentase pengeluaran yang tidak boleh lebih dari lima puluh persen dari pendapatan, siapa pun akan aman secara keuangan. Garis pembatas cukup, dari kehidupan saya adalah setengah dari pendapatan. Sisahnya silahkan sisahkan untuk persiapan hari depan.
Banyak juga yang bertanya tentang godaan untuk tidak melebihi limit lima puluh persen. Dalam pemahaman seperti ini godaan sebenarnya bukan datang dari luar, tetapi seberapa cermat kita menjaga ‘jendela-jendela’ hawa nafsu. Mata, mulut hidung, telinga, perasaan adalah jendela-jendela hawa nafsu yang sebaiknya kita jaga secara cermat. Dengan demikian dapat dijamin terkendalinya situasi dalam diri kita.
Sebagai ilustrasi, saya mengurangi untuk datang ke tempat-tempat yang barangnya tidak saya butuhkan. Tempat-tempat yang menghaburkan namuntidak memberi manfaat. Ia hanya menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru yang membuat kami berhitung, untuk kemudian kami menyimpulkan bahwa uang tidak cukup. Saya mendidik diri untuk tidak membandingkan diri dengan teman maupun tetangga. Alangkah baiknya kelenturan hidup perlu ditanamkan. Ketika hidup naik, nikmati lah kenikmatan hidup di saat naik. Demikian juga kalau sebaliknya. Satu hal yang paling penting adalah cobalah sesering mungkin untuk berani mengatakan cukup pada jumlah uang yang kita miliki.
Memang tidak gampang dan semudah yang kita pikirkan untuk menjalankan cara hidup seperti ini yang dimulai dari awal. Namun, dengan sedikit kesabaran dan disiplin diri serta komitmen diri, sinyal-sinyal hidup secukupnya pun cukup sering datang dalam kehidupan kita. Terlepas dari itu semua teramat sangat untuk kita lebih bersabar dalam menghadapi kehidupan ini.
Allah Swt dengan segala firmannya yang tertera didalam Al-Qur’an tentang kesabaran adalah :
1). Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut ancaman Allah, Kita harus selalu berada dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan. Yang lebih baik lagi adalah,  sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena malu kepada Allah. Apabila kita mampu muraqabah (meyakini dan merasakan Allah sedang melihat dan mengawasi kita)  maka sudah seharusnya kita malu melakukan maksiat, karena kita menyadari bahwa Allah Swt. selalu melihat apa yang kita kerjakan. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya, di surah Al Hadid ayat 4 ” …….. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
2). Tingkatan sabar yang kedua adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,  dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya. Dalam menjalankan ketaatan, tujuannya hanya agar amal ibadah  yang dilakukan diterima Allah, tujuannya semata-mata ikhlas karena Allah Swt.

Tidak ubahnya dengan tanaman, pupuk yang terlalu banyak bisa membuat kematian. Tidak pernah diberi pupuk juga membuatnya mati. Kadar pupuk yang cukup sangatlah penting. Kita manusia juga sama. Kekayaan dan kekuasaan yang kita kejar sangat keras, menguras banyak energi, bahkan menanggung resiko sakit sekalipun. Apalagi hasil yang didapatkan adalah dari hasil kerja yang salah, selalu mendatangkan keperluan yang jarang ditemukan diawal pencaharian bahkan dengan jumlah transaksi yang besar dan terkadang melebihi dari yang telah kita hasilkan. Mungkin ada yang bertanya, kenapa ini bisa terjadi, sebuah kebutuhan yang tidak pernah terjadi dikala kita masih sesederhana dulu? Inilah hukum alam yang mau atau tidak, suka atau tidak suka semua itu akan datang secara radikal untuk menunjukan eksistensinya dalam kehidupan.
Untuk apa semua kita peroleh ternyata hanya menciptakan racun dan petaka baru. Hidup akan penuh dengan kesia-siaan dan tidak bermakna, kalau setelah berlari kencang sangat jauh menghabiskan keringat dengan waktu tempuh yang demikian lama kemudian ternyata di garis finish yang kita dapatkan hanyalah sebuah tiang gantungan?
Marilah kita amalkan hidup sederhana sampai dengan petunjuk agama kita , melalui tauladan Rasulullah SAW agar kehidupan kita mendapat rahmat Allah SWT yang telah ditulis dalam Al – Qur’an surat Al –Furqon :
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”(Al – Furqon :63)

Sabtu, 22 Juni 2013

DIMANA AIR MATAMU?



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempatkeluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangankirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allahdi kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] danMuslim [1031]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.”(HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah,dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi[1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.

Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah,apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka aku pun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampaiayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup,sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).

Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyahradhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya  sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karenatetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika diamelihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, andamenangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akandatang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandaibersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orangyang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya),“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR.Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] danash-Shahihah [68]).

Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jallahanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golonganitu?”.
al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”

Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengantangisan yang amat dalam.Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat  sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakankepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.

Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”
Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata illabillah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya?Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnumin haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!

Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.