Memang para debaters Kristen
tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa Kerajaan Allah belum datang pada saat
Yesus masih hidup di dunia ini. Namun mereka yakin Kerjaan itu akan diresmikan
dan diperintah oleh Yesus kelak bila ia turun dari surga. Nah apa, dan sepeti
apa kerajaan Allah itu, sebaiklah saya bentangkan setiap informasi untuk
disimak sebaik-baiknya.
Kabar gembira yang disampaikan
nabi Yahya as (Yohanes)- Matius 3:2:
“Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!”
Kabar gembira yang disampaikan
nabi Isa as (Yesus)- Matius 4:17:
“Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat!”
Dalam Inji Matius, Yesus baru
berdo’a agar Kerajaan Allah itu datang dan dibentuk di dunia ini.
“Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu...” (Lukas 11:2)
Penantian akan datangnya Kerajaan
Allah ini tidak hanya merupakan do’a Yesus, tetapi sudah menjadi penanti bagi
umat Kristen yang menanti kedatangan Yesus maupun Mesias yang ditunggu-tunggu umat
Yahudi sampai ribuan tahun, tanpa ada gambaran sedikit pun apakah Kerajaan
Allah tersebut sudah datang saat ini atau belum.
Apa yang
dimaksud dengan Kerajaan Allah itu? Kamus
Webster mendefinisikan Kerajaan Allah (Kingdom of God) sebagai :
“Kerajaan Spiritual yang
diperintahkan oleh Tuhan... Pemerintahan Tuhan dalam struktur dan fungsi,
Pemerintahan yang murni yang diatur oleh Tuhan”
Dari defenisi di atas jelas
nampak bahwa Kerajaan Allah (Kerajaan Surga), berarti kerajaan spritual yang
diatur dengan perintah Allah yang meliputi seluruh umat manusia, atau kerajaan
nyata dimana manusia diatur dengan hukum-hukum atau syariat Allah. Berita
gembira tentang akan datangnya Islam yang sempurna yang dibawah oleh Nabi
Muhammad Saw, merupakan pesan yang dia sebarkan ke seluruh Israil.
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil (Kabar Gembira) Kerajaan Allah.” (Matius
4:23)
“juga di kota-kota lain aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah
sebab untuk itulah Aku diutus “ (Lukas 4:43)
Di kerajaan tersebut, Allah akan
menjadi Penguasa tunggalnya. Manusia hanya sekedar menjadi khalifah pengemban
amanah Allah di muka bumi.
“Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala yang
melakukan penyelamatan di atas bumi” (Mazmur 74:12)
“bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja Kita,
bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan
nyanyian pengajaran! Allah memerintahkan sebagai Raja atas bangsa-bangsa..”
(Mazmur 47:7-9).
Selanjutnya dalam Kerajaan
tersebut Allah akan menjadi hakim atau memberikan hukum (syariat) untuk
mengatur dan menghakimi manusia.
“sebab Tuhan (Allah) ialah Hakim kita, Tuhan (Allah) ialah yang
memberikan hukum bagi kita; Tuhan (Allah) ialah Raja kita, dia akan
menyelamatkan kita”. (Yesaya 33:22)
Kerajaan Allah dan hukum-hukumnya
yang sempurna ini tidak akan ditangani nabi Yahudi. Tongkat Kerajaan akan
diberikan kepada nabi dari bangsa lain yang berhak dimana bangsa-bangsa akan
takluk dimasa pemerintahannya.
Tongkat Kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda (orang Yahudi) atau
pun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang
berhak atasnya, maka kepadanya akan
takluk bangsa-bangsa.” (Kejadian : 49:10)
Pemerintah Kerajaan Allah yang
akan diberikan oleh bangsa lain yang bukan Israil, juga ditegaskan oleh Yesus
dalam Injil Matius.
“Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil
dari padamu (hai bani Israil), dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan buah Kerajaan itu.” (Matius 21:43)
Sejak ribuan tahun lalu nabi
Yesaya telah meramalkan akan datangnya Kerajaan Allah yakni Islam yang sempurna
sebagai Jalan yang lurus.
“Ada suara yang berseru-seru: ;Persipkanlah di PADANG GURUN jalan untuk
Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yesaya
40:3)
Bandingkan dengan firman Allah
dalam Al-Qur’an berikut :
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh
kepada (agama)Nya, niscaya Allah akan memasukan mereka ke dalam rahmat yang
besar dariNya (surga) dan limpahan karuniaNya. Dan menunjuki mereka kepada
jalan yang lurus untuk sampai kepadaNya.” (An Nisa 4:175)
Kerajaan Allah (Islam yang
sempurna) sebagai jalan yang lurus ini belum ada di zaman nabi Yahya as
(Yohanes) maupun di zaman nabi Isa as (Yesus). Keduanya mengakui dan mengatakan
bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat” tetapi belum tiba (Matius 3:2; dan 4:17).
Oleh karena itu, pernyataan penulis Injil Matius yang mengatakan bahwa Yesaya
40:3 ditujukan kepada Yesus, BERTENTANGAN dengan pernyataan Yesus sendiri.
Bagaimana mungkin Yohanes
mempersiapkan Jalan untuk Yesus sementara Yesus sendiri juga mempersiapkan
jalan untuk seorang yang akan datang sesudah dia? Hal ini sangat TIDAK LOGIS.
Kenyataan ini didukung pula oleh pernyataan keduanya yang tidak mengakui
sebagai nabi yang akan datang (that
prophet) yang dijelaskan oleh kitab ulangan 18:18-22. Padahal nabi itu
sangat dinanti-nantikan kedatangannya, sehingga siapa saja yang mengakui
dirinya sebagai nabi, akan ditanya oleh para imam dan tokoh Yahudi, apakah dia
adalah nabi “itu” (that prophet) yang
dinubuatkan dalam kitab ulangan 18:18-22?.
“Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dan Yerusalem
mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya dan menanyakan siapa
dia:’siapakah engkau?’ ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan
Mesias”. Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu siapakah engkau? Elia?
Dan ia menjawab: ‘Bukan’. Engkaukah Nabi yang akan datang (Ulangan 18:18-22)?
Dan ia menjawab ‘Bukan.” (Yohanes
1:19-21)
Bagaimana Yesus mengaku sebagai
seorang Nabi dan pertanyaan yang sama ditanyakan kepadanya?
“Didalam penjara Yohanes
mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya
kepadanya: ‘Engkaukah yang akan datang
itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ Yesus menjawab kepada mereka:
‘Pergilah dan katakan kepada Yohanes apa yang kamu dengan dan kamu lihat: orang
buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar,
orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”
(Matius 11:2-4)
Coba kita perhatikan pada ayat
diatas, apakah Yesus menjawab hal tersebut? Tidak. Anehnya bukan jawaban Yesus
yang dimasukan dari hasil pertanyaan murid-muridnya ya atau tidak malah yang
dimuat sipenulis Injil adalah sebuah pernyataan dan tidak menjawab apa yang
ditanyakan.
Apakah Yesus menjawab seperti
yang termuat di Injil Matius ataukah menjawab ya atau tidak, kita tidak
mengetahui dengan pasti. Namun kalau jawaban Yesus adalah tidak, dan itu
ditulis oleh penulis Injil Matius, maka jawaban tersebut merupakan PUKULAN
TELAK untuk umat Kristen, karena dengan demikian mereka harus mengakui bahwa
masih ada Nabi lain yang akan datang sesudah Nabi Isa as (Yesus). Walaupun
dalam hal ini tidak dicantumkan jawaban tersebut atau tidak menjelaskan akan
datangnya Nabi sesudah Yesus, namun gambaran akan datangnya Nabi sesudah Yesus
Jelas tergambar pada pernyataan Yesus di Injil Yohanes.
“Masih banyak hal-hal yang harus ku katakan kepadamu, tetapi sekarang
kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran,
ia akan memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran;sebab ia tidak akan
berkata-kata dari dirinya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarnya itulah
yang dikatakannya dan ia akan memberitakanmu tentang hal-hal yang akan datang”
(Yohanes 16:12-13)
Sampai dengan Nabi atau Rasul
yang ke XXIV, tidak seorang pun yang mengaku bahwa dialah Nabi yang akan datang
tersebut.
Bagaimana dengan Yohanes 16:12-13
di atas, siapakah yang dimaksud dari ayat tersebut? Apakah itu Yesus sendiri,
Yohanes, Markus, Lukas ataukah Paulus sang Pendusta? Tidak ada satupun yang
masuk pada kristeria Nubuat ini kecuali Nabi Muhammad saw. Dialah (Muhammad)
yang tidak berkata-kata dari dirinya sendiri dan dialah yang memberitakan tentang
hal-hal yang akan datang.
Bagaimana penantian ini setelah
datangnya Nabi Muhammad saw? Ketika semua nabi-nabi mengakui bahwa ajaran mereka masih belum
sempurna, maka Allah swt. memproklamirkan datangnya Kerajaan Allah, yakni agama
yang sempurna Dinul Islam.
“Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan nikmatKu, dan telah Ku ridhoi Islam itu jadi agama bagimu” (Al
Maidah 5:3).
Wassalam...
Semoga bermanfaat
Sumber : Dr. H. Sanihu Munir,
SKM, MPH dan beberapa sumber lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar