Pages

Subscribe:

RSS feed

Kamis, 30 Mei 2013

MENJAWAB TUDUHAN UMAT KRISTEN “AL-QUR’AN TDK DAPAT MEMBUKTIKAN SIAPAKAH YANG DISALIB”


Cukup lama saya berada di dunia maya dan sering  saya melihat pertanyaan yang dilontarkan oleh umat Kristen adalah kebanyakan dari pertanyaan diluar pengetahuan mereka. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijadikan sebagai alasan untuk memperkuat sebuah argumen yang sangat jelas bertentangan dengan kandungan Alkitab nya sendiri. ini sudah menjadi pertanyaan ANDALAN umat  Kristen, yaitu SIAPAKAH SESUNGGUHNYA YANG DISALIB MENURUT AL-QUR’AN..??

Mereka begitu semangat bila ada yang menanyakan ini, bahwa Al-Qur’an tidak bisa membuktikan siapakah sesungguhnya yang disalib. Ayat Al-Qur’an yang sering mereka jadikan dasar  pertanyaan sekaligus tuduhan mereka adalah :
QS. An-Nisaa' 4:157-158 : “Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan hanya mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Pertanyaan seperti ini  adalah sebuah pertanyaan yang lahir dari sebuah pemikiran yang keliru bahkan salah kaprah. Mereka salah dalam mengartikan apa itu Al-Qur’an dan apa hakikat tujuan diturunnya Al-Qur’an kepada umat manusia sehingga menjadikan ayat tersebut di atas sebagai sebuah rujukan yang berpeluang untuk menyerang umat islam. Namun dalam kondisi seperti ini haruslah kita pahami dan dapat berlaku adil, tentunya sudah wajib untuk kita luruskan hal tersebut sehingga mereka tidak terlalu lama berada dalam KEGELAPAN/JAHILIYAH, seperti yang diisyaratkan  firman Allah dlm alquran :

“Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim, 14: 1).

Mari kita bahas satu persatu dari tuduhan di atas sehingga kita bisa memdapatkan bukti yang kongkrit dari persoalan tersebut.

APA ITU AL-QUR’AN DAN APA TUJUAN TURUNNYA AL-QUR’AN?

Al-Qur’an adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam yang berangsur angsur. Al-Qur`an adalah kalamullah, firman ALLAH Swt, ia bukanlah kata-kata manusia, bukan pula kata-kata jin, setan, atau malaikat. Al-Qur`an bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia.

Sementra tujuan adalah sebuah kitab suci yang menerangkan HUKUM HUKUM,'AQIDAH/I'TIQADIYAH,NASEHAT dan lain lain dan menjadi mukjizat buat Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam dan menjadi pegangan Ummat Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam. Al Quran itu dianugerahkan-Nya bagi manusia sebagai PETUNJUK HIDUP manusia dan terdapat penjelasan-penjelasan tentang petunjuk itu sekaligus pembeda antara yang benar dan yang salah. Karena itu, adalah keharusan bagi kita untuk memperhatikan dan memahami lebih dalam tujuan-tujuan Al Quran. 

Firman Allah swt :
“… untuk menjadi PETUNJUK dan PERINGATAN bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al Mu’min, 40: 54) !

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan (Iptek) apalagi berupa KUMPULAN KISAH CERITA UMAT MANUSIA. Kalaupun ada yang kita dapatkan dalam Al-Qur’an yang menceritakan sebuah kisah cerita tentang kisah seseorang pada zaman kenabian, itu hanya semata mata sebagai penambahan yang digunakan sebagai pedoman umat manusia agar dapat berkeyakinan sesuai apa yang diceritakan oleh Al-Qur’an.

Mengenai tuduhan pada Al-Qur’an seperti topik di atas, di sini dapat kita jelaskan bahwa tujuan dari turunnya Al-Qur’an salah satunya adalah sebagai kitab yang datang sebagai penyempurna hukum Allah swt sekaligus sebagai kitab yang MEMBENARKAN kandungan kitab kitab terdahulu dan kitab kitab sekarang. Ini yang perlu digaris bawahi.

Kalimat dari MEMBENARKAN sendiri disini bila dihubungkan dengan kisah penyaliban memberikan sebuah pengertian serta penjelasan bahwa ada terjadi sebuah kisah dimana Isa as yang sering disebut dgn nama Yesus oleh kalangan  kristen pernah mengalami sebuah tindakan penghianatan dan kekerasan yang dilakukan oleh sekumpulan bangsa manusia. Al-Qur’an menjelaskan pula  pada kisah ini bahwa nabi Isa as. (yesus)  Tidak dibunuh, tidak digantung ataupun tidak disalib tetapi beliau diselamatkan oleh Allah swt dengan cara diangkat  ke langit sehingga orang yang dibunuh adalah bukanlah beliau tetapi orang yang diserupakan. Hal inilah yang dimaksudkan dgn MEMBENARKAN cerita yang terdapat dalam SUMBER ceritanya, yang tidak lain adalah Alkitab.
Mereka umat Kristen berani bertanya seperti itu karena mereka melihat dalam Al-Qur’an sama sekali tidak menjelaskan dengan rinci siapa yang diserupai Nabi Isa. As. Seperti yang terlihat pada QS. An-Nisaa' 4:157-158 di atas, maka sekali lagi Inilah yang menjadi dasar pertanyaan kaum  tersebut. Mereka selalu memaksakan diri utk membuat pertanyaan dan membuat pendesakan kepada umat Islam yang sesungguhnya mereka sangat tidak paham apa itu Al-Qur’an.

Kenapa Al-Qur’an tdk menjelaskan hal ini..?? jawabannya adalah, bila kita kembali pada arti dan tujuan dari Al-Qur’an, disini kita mendapatkan bahwa Al-Qur’an bukan buku kupulan cerita yang harus menceritakan semua kejadian secara terperinci, akan tetapi Al-Qur’an disini merupakan sebuh Tuntunan, pedomana hidup yang didasari oleh hukum” atau kaidah yang diberikan kepada umat Manusi. Al-Qur’an tdk berkewajiban untuk menceritakan semua kejadiaan terdahulu yang sama sekali tidak memiliki hubungan erat dengan hukum tersebut, maksimal yang harus di angkat adalah sebutan nama nama baik orang maupun tempat hanya berkisar kepada org yang paling dianggap dekat dengan para nabi yang perihal hidupnya dapat memberikan kepercayaan dan pengakuan manusia terhadap para nabi tersebut. Sementara bila kita perhatikan dari cerita penyaliban yang dikarang oleh umat kristen (PAULUS dari Tarsus) adalah kumpulan cerita FIKTIF yang penuh dengan  PENGHIANATAN dan sudah tentu tdk perlu untuk disebut namanya apalagi cerita kedekatannya sebab tidak memiliki nilai tambah yang dapat dijadikan pedoman hidup (Kepercayaa, hukum dan kaidah) manusia.

Kalau seperti itu tujuan Al-Qur’an di atas yang salah satunya adalah MEMBENARKAN kitab terdahulu, maka cerita penyaliban untuk bagaimana kita dapatkan kebenarannya haruslah kita kembali pada sumber yang telah dibenarkan oleh Al-Qur’an tersebut, yaitu Alkitab. Inilah salah satu duduk persoalannya.

Alkitab adalah kitab sumberisasi cerita penyaliban tersebut, maka kebenarannya disanalah yang menjadi patut untuk dilihat bukan lagi pada Al-Qur’an....!! Alkitab lah yang telah memuat semua kisah penyaliban tersebut sekaligus sebagai catatan Tuhan yang diberikan kepada umat manusia pada saat itu. Dengan demikian sangatlah ketidakrelevasinya ketika cerita ini harus dipaksa kepada umat Islam untuk menjawab pertanyaan tersebut. Inilah ketidak tahuan umat Kristen sehingga dengan sedikit pongahnya berani  memberikan pertanyaan yang seharusnya mereka jawab sendiri. Nah kalau demikian adanya, maka mari kita lihat bersama benarkah Al-Qur’an telah salah dalam membenarkan kisah tersebut ataukah sebaliknya seperti yang diyakini oleh umat  tersebut..??

KISAH PENYALIBAN DALAM ALKITAB

Bila kita lihat pada kisah yang  tertuang dalam Alkitab sebagai sumber utama cerita penyaliban, disini kita akan dapatkan empat karangan yang sangat kontradiksi. Keempat pengarangnya memberikan kisah yang berbeda-beda dengan mengutip ayat-ayat tertentu dari Perjanjian Lama sebagai inspirasi untuk mengarang injilnya yang diyakini Kristen sebagai pemenuhan nubuat datangnya sang Juru Selamat Yesus Kristus, padahal ayat-ayat yang dikutip tersebut sama sekali tidak ada relevansinya dengan sosok Yesus dan sama sekali bukan ayat nubuat, terlebih secara khusus menunjuk pada Yesus. Meski Markus dan Matius memberikan gagasan yang sama tentang pemenuhan nubuat oleh Yesus.
Keempat pengarangnya memberikan kisah yang berbeda-beda dengan mengutip ayat-ayat tertentu dari Perjanjian Lama sebagai inspirasi untuk mengarang injilnya yang diyakini Kristen sebagai pemenuhan nubuat datangnya sang Juru Selamat Yesus Kristus, padahal ayat-ayat yang dikutip tersebut sama sekali tidak ada relevansinya dengan sosok Yesus dan sama sekali bukan ayat nubuat, terlebih secara khusus menunjuk pada Yesus. Meski Markus dan Matius memberikan gagasan yang sama tentang pemenuhan nubuat oleh Yesus.

Keempat cerita khayalan injil kanonik yang dimaksud dengan jelas memberikan narasi yang berbeda-beda dengan tuangan redaksi yang sangat jelas untuk dipahami.

Markus dan Matius memberikan gagasan pemenuhan nubuat yang sama tentang teriakan Yesus dan tindakan seseorang dengan bunga karang kepada Yesus menjelang kematiannya sebagaimana yang tersebut dalam Markus 15:34,36 dan Matius 27:46,48 yang sebenarnya merupakan kutipan ayat-ayat dari Mazmur 22:2; 69:22.

Sementara Lukas mengutip Mazmur 31:6 sebagai gagasan pemenuhan nubuat oleh Yesus menjelang kematiannya sebagaimana tersebut dalam Lukas 23:46.

Sedangkan Yohanes mengutip Mazmur 22:16; 69:22 sebagai gagasan pemenuhan nubuat oleh Yesus seperti tersebut dalam Yohanes 19:28, "Aku haus!".

Lebih jauh, Yohanes memberikan skenario lanjutan yang tidak terdapat dalam ketiga injil kanonik lainnya tentang khayalan pemenuhan nubuat oleh Yesus dengan mengutip ayat-ayat Keluaran 12:46, Bilangan 9:12, dan Mazmur 34:21 dan meletakkannya pada Yohanes 19:36, dan mengutip Zakharia 12:10 untuk ditambahkan sebagai ayat sebagaimana tersebut dalam Yohanes 19:37.

Lebih lanjut marilah kita lihat permohonan Yesus sebelum “Penyaliban”
beberapa pernyataan dari Alkitab juga menolak klaim adanya penyaliban terhadap Yesus.

1. Mazmur/ Psalm 91 menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus, karena:

a. Allah mendengar tangisannya, doanya, menghilangkan rasa takutnya (Mazmur 91:15, 5, 3) dan menyelamatkannya dari penangkapan (Mazmur 91:3). (15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. (5) Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, (3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang;

b. Tak ada malapetaka yang akan menimpa Yesus, apalagi kematian melalui penyaliban! (Mazmur 91:10). (10) Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;

c. Yesus bahkan menonton pada saat orang yang mirip dengannya disalibkan (Mazmur 91:8). (8) Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap ORANG-ORANG FASIK (bukan yesus);

d. Allah akan menurunkan para malaikat untuk melindungi dan mengangkatnya (Mazmur 91:11-12, 14). (11) Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. (14) Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku;

e. Yesus hidup panjang umur dari sejak dilahirkan sampai akhir zaman saat ia turun kembali ke bumi (Mazmur 16). (16) Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."

Ayat-ayat Mazmur ini dijadikan dasar penolakan penyaliban Yesus karena ayat ini pula yang menegaskan bahwa Yesus adalah anak kesayangan Allah dalam Perjanjian Baru (khususnya dalam Luk 4:10-12 dan Mat 4:5-10).

2. Yeremia 23 : 5-9 menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus, karena Yesus adalah calon raja teokratis Yahudi saat itu.

3. Yesaya/ Isaiah 52 dan 53, menolak klaim penyaliban terhadap Yesus karena:
a. Yang menjadi korban adalah orang yang sangat buruk rupa (Yesaya 52:14; 53:2)
(14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Sedangkan yang disalibkan sangat tampan (setampan bintang film The Messiah), bahkan meskipun ia berlumuran darah tetap saja ia terlihat tampan di The Passion of The Christ;

b. Yang menjadi korban adalah orang yang sangat dihinakan, selalu dijauhi orang (Yesaya 53:3) (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Sedangkan Yesus bahkan sejak dilahirkan pun membuat heboh banyak orang (Mat 2:1-11; Luk 2:8-20), saat remaja telah memukau imam-imam Yahudi di Bait Allah (Luk 2:41-52), dalam kehidupannya selalu menjadi pujaan orang banyak, sangat dihormati orang (Mat 21:1-7; Mark 11:1-11; etc), diurapi roh kudus (Mat 3:16-17; Mark 1:10-11; Luk 14:15-21; Yoh 1:32), penuh mukzijat menurut 4 injil kanonikal selama masa pelayanannya, dari menyembuhkan orang sakit, memperbanyak makanan, mengusir setan dan membangkitkan orang mati;

c. Yang menjadi korban tidak mengatakan apapun (Yesaya 53:7), sedangkan yang dianggap Yesus banyak berkata-kata....;

d. Yang menjadi korban tidak pernah melakukan kejahatan dan menipu (Yesaya 53:9) (9) Ia dikuburkan bersama orang jahat; makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan kejahatan, dan tak pernah menipu." Sedangkan Yesus menurut Alkitab dapat dikatakan pernah melakukan kejahatan, yaitu menjuluki anjing tanpa alasan apapun kepada seorang wanita (Kanaan, Mat 15:22-26/ Siro fenisia? Mark 7:26-27), pernah mengutuk pohon ara karena tidak ada buahnya sedangkan saat itu Yesus merasa kelaparan (Mat 21:18-20; Mark 11:12-20), pernah bersama murid-muridnya mencuri gandum bahkan di hari sabat (Mat 12, Mark 2:22, Lukas 6), dan mungkin menipu pemilik keledai karena Bibel tidak menceritakan kapan Yesus mengembalikan seekor keledai (atau 2 ekor Mat 21) yang katanya hanya dipinjam sebentar (Mark 11, Lukas 19:30);

e. Yang menjadi korban penebus salah adalah orang yang sangat merelakan dirinya dikorbankan (Yesaya 53:10);


Figur hamba Tuhan yang menderita dalam Yesaya tersebut tentu saja bukan Yesus, karena Yesus tidak memenuhi kriteria sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya. Dalam konteks historisnya pun, Yesaya bukan mengarah (menubuatkan) pada suatu figur mesianik yang jauh di depan, yang belum lahir, yang akan di azab, yang azab dan kematiannya menyelamatkan, menebus umat manusia di seluruh dunia dalam segala zaman, tetapi suatu figur historis tertentu pada zaman ketika Yesaya ditulis (masa Pembuangan di Babel, abad VI SM). Bisa saja figur tersebut adalah seorang imam, seorang nabi Yahudi, yang azabnya mendatangkan kesembuhan, kebaikan dan kesejahteraan bagi bangsa Yahudi sendiri, bukan untuk dunia secara universal dalam segala zaman.

Berdasarkan hal di atas, maka sungguh benar Allah dengan firman-Nya, dimana menyatakan mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, jadi Al-Qur’an tidak menyatakan Alkitab, tetapi menyatakan mereka/orang-orang, karena sebenarnya Alkitab pun menolak adanya pembunuhan dan penyaliban terhadap Yesus Isa Al-Masih 'alaihissalam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bagian Alkitab (Perjanjian Baru) yang mengonstruksi soteriologi salib, yang mengisahkan terbunuhnya Yesus di kayu salib, bukan berasal dari firman Allah, tetapi berasal dari orang-orang yang berselisih pendapat. Mereka inilah yang menuliskan Perjanjian Baru, jauh setelah terjadinya peristiwa penyaliban tersebut, yaitu pada permulaan abad kedua Masehi, dibawah arahan surat-surat Paulus (yang berisi doktrin dosa warisan, penebusan dosa & pembatalan hukum Taurat yang sudah lengkap sejak tahun 50 M), untuk membangun doktrin soteriologi salib dalam Perjanjian Baru.

Dengan mengonstruksi doktrin soteriologi salib, gereja perdana berhasil mengubah kematian orang yang dianggap sebagai Yesus yang secara faktual adalah sia-sia menjadi kematian yang bertujuan sesuai keinginan mereka. Mereka juga dapat mengatasi kegoncangan jiwa dan rasa malu yang besar, dengan melakukan rasionalisasi atas berbagai hal buruk yang  sangat tragis, yang menurut mereka telah dialami oleh Yesus. Dalam rangka merasionalisasi inilah, sakralisasi terhadap jalan salib dan kematian atas orang yang dianggap sebagai Yesus dilakukan: Ya, memang Yesus harus disengsarakan dan dizalimi dan dibunuh karena semua ini sudah dikehendaki (Yunani: dei) Allah untuk menebus manusia dari dosa-dosa mereka (dosa warisan maupun dosa masa kini) dengan jalan mengurbankan Yesus, yang sangat sesuai dengan ajaran Paulus.

Oleh umat Kristen Perjanjian Baru, teks Yesaya dikenakan kepada orang yang dianggap Yesus, seperti dapat kita baca dalam 1 Petrus 2:22-25; khususnya ayat 24 yang memuat kutipan langsung dari teks Yesaya: "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhnya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh." Mereka juga menempelkan ayat-ayat Perjanjian Lama pada lidah dan mulut orang yang dianggap Yesus, sehingga seolah-olah Yesus memang terlahir untuk disalibkan, seolah-olah Yesus rela mati untuk menebus dosa manusia sedunia, seolah-olah Yesus mati secara terkutuk dan mengenaskan sebagai tiket gratis ke surga. Padahal semua itu tinggal mencomot isi Perjanjian Lama dan dimasukkan dalam Perjanjian Baru. Dan tentu saja orang yang tergantung di kayu salib dan mengatakan Eloi, Eloi lama sabhaktani oleh penulis Markus 15:34 dan Matius 27:46 (dengan mencomot Mazmur 22:1) bukanlah Yesus, tetapi orang yang dianggap sebagai Yesus.

Kesimpulan :
1. Perbedaan gagasan pemenuhan nubuat di antara keempat injil kanonik di atas dengan jelas membuktikan bahwa "kematian Yesus di tiang salib hanyalah omong kosong dan rekayasa belaka";

2. Dari sekian banyak ayat di atas memberi kejelasan bahwa umat kristen sendiri telah berselisih paham siapa sebenarnya yang disalib;

3. Al-Qur’an terbukti benar dalam membenarkan kedua poin kesimpulan di atas, bahwa yesus (Isa. As) tidak mati disalib (Orang Lain yang disalib) dan terlah terjadi selisih paham dalam keragu raguan tentang kematian Yesus tersebut.


#PERTANYAAN TERSELESAIKAN. BERHENTILAH BERTANYA DALAM KEDUNGUAN KALAU HANYA UNTUK MEMPERKUAT SEBUAH KETIDAK BENARAN#



0 komentar:

Posting Komentar