Cukup lama saya
berada di dunia maya dan sering saya melihat
pertanyaan yang dilontarkan oleh umat Kristen adalah kebanyakan dari pertanyaan
diluar pengetahuan mereka. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijadikan sebagai
alasan untuk memperkuat sebuah argumen yang sangat jelas bertentangan dengan
kandungan Alkitab nya sendiri. ini sudah menjadi pertanyaan ANDALAN umat Kristen, yaitu SIAPAKAH SESUNGGUHNYA YANG
DISALIB MENURUT AL-QUR’AN..??
Mereka begitu
semangat bila ada yang menanyakan ini, bahwa Al-Qur’an tidak bisa membuktikan
siapakah sesungguhnya yang disalib. Ayat Al-Qur’an yang sering mereka jadikan
dasar pertanyaan sekaligus tuduhan mereka
adalah :
QS. An-Nisaa'
4:157-158 : “Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh
Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang
(pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka
benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan hanya
mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.
Pertanyaan seperti
ini adalah sebuah pertanyaan yang lahir
dari sebuah pemikiran yang keliru bahkan salah kaprah. Mereka salah dalam
mengartikan apa itu Al-Qur’an dan apa hakikat tujuan diturunnya Al-Qur’an kepada
umat manusia sehingga menjadikan ayat tersebut di atas sebagai sebuah rujukan
yang berpeluang untuk menyerang umat islam. Namun dalam kondisi seperti ini
haruslah kita pahami dan dapat berlaku adil, tentunya sudah wajib untuk kita luruskan
hal tersebut sehingga mereka tidak terlalu lama berada dalam
KEGELAPAN/JAHILIYAH, seperti yang diisyaratkan firman Allah dlm alquran :
“Alif lam ra. (Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa
lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim, 14: 1).
Mari kita bahas satu
persatu dari tuduhan di atas sehingga kita bisa memdapatkan bukti yang kongkrit
dari persoalan tersebut.
APA ITU AL-QUR’AN DAN
APA TUJUAN TURUNNYA AL-QUR’AN?
Al-Qur’an adalah
Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam
yang berangsur angsur. Al-Qur`an adalah kalamullah, firman ALLAH Swt, ia
bukanlah kata-kata manusia, bukan pula kata-kata jin, setan, atau malaikat.
Al-Qur`an bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan
pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia.
Sementra tujuan
adalah sebuah kitab suci yang menerangkan HUKUM
HUKUM,'AQIDAH/I'TIQADIYAH,NASEHAT dan lain lain dan menjadi mukjizat buat Nabi
Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam dan menjadi pegangan Ummat Nabi Muhammad
Shallahu 'Alaihi Wa Sallam. Al Quran itu dianugerahkan-Nya bagi manusia sebagai
PETUNJUK HIDUP manusia dan terdapat penjelasan-penjelasan tentang petunjuk itu
sekaligus pembeda antara yang benar dan yang salah. Karena itu, adalah
keharusan bagi kita untuk memperhatikan dan memahami lebih dalam tujuan-tujuan
Al Quran.
Firman Allah swt :
“… untuk menjadi
PETUNJUK dan PERINGATAN bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al Mu’min, 40:
54) !
Meskipun demikian,
perlu diingat bahwa Al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan (Iptek) apalagi
berupa KUMPULAN KISAH CERITA UMAT MANUSIA. Kalaupun ada yang kita dapatkan
dalam Al-Qur’an yang menceritakan sebuah kisah cerita tentang kisah seseorang
pada zaman kenabian, itu hanya semata mata sebagai penambahan yang digunakan
sebagai pedoman umat manusia agar dapat berkeyakinan sesuai apa yang
diceritakan oleh Al-Qur’an.
Mengenai tuduhan pada
Al-Qur’an seperti topik di atas, di sini dapat kita jelaskan bahwa tujuan dari
turunnya Al-Qur’an salah satunya adalah sebagai kitab yang datang sebagai
penyempurna hukum Allah swt sekaligus sebagai kitab yang MEMBENARKAN kandungan kitab
kitab terdahulu dan kitab kitab sekarang. Ini yang perlu digaris bawahi.
Kalimat dari
MEMBENARKAN sendiri disini bila dihubungkan dengan kisah penyaliban memberikan
sebuah pengertian serta penjelasan bahwa ada terjadi sebuah kisah dimana Isa as
yang sering disebut dgn nama Yesus oleh kalangan kristen pernah mengalami sebuah tindakan penghianatan
dan kekerasan yang dilakukan oleh sekumpulan bangsa manusia. Al-Qur’an
menjelaskan pula pada kisah ini bahwa
nabi Isa as. (yesus) Tidak dibunuh,
tidak digantung ataupun tidak disalib tetapi beliau diselamatkan oleh Allah swt
dengan cara diangkat ke langit sehingga
orang yang dibunuh adalah bukanlah beliau tetapi orang yang diserupakan. Hal
inilah yang dimaksudkan dgn MEMBENARKAN cerita yang terdapat dalam SUMBER
ceritanya, yang tidak lain adalah Alkitab.
Mereka umat Kristen
berani bertanya seperti itu karena mereka melihat dalam Al-Qur’an sama sekali
tidak menjelaskan dengan rinci siapa yang diserupai Nabi Isa. As. Seperti yang
terlihat pada QS. An-Nisaa' 4:157-158 di atas, maka sekali lagi Inilah yang
menjadi dasar pertanyaan kaum tersebut.
Mereka selalu memaksakan diri utk membuat pertanyaan dan membuat pendesakan
kepada umat Islam yang sesungguhnya mereka sangat tidak paham apa itu Al-Qur’an.
Kenapa
Al-Qur’an tdk menjelaskan hal ini..?? jawabannya adalah, bila kita kembali pada
arti dan tujuan dari Al-Qur’an, disini kita mendapatkan bahwa Al-Qur’an bukan
buku kupulan cerita yang harus menceritakan semua kejadian secara terperinci,
akan tetapi Al-Qur’an disini merupakan sebuh Tuntunan, pedomana hidup yang
didasari oleh hukum” atau kaidah yang diberikan kepada umat Manusi. Al-Qur’an
tdk berkewajiban untuk menceritakan semua kejadiaan terdahulu yang sama sekali
tidak memiliki hubungan erat dengan hukum tersebut, maksimal yang harus di
angkat adalah sebutan nama nama baik orang maupun tempat hanya berkisar kepada
org yang paling dianggap dekat dengan para nabi yang perihal hidupnya dapat
memberikan kepercayaan dan pengakuan manusia terhadap para nabi tersebut.
Sementara bila kita perhatikan dari cerita penyaliban yang dikarang oleh umat
kristen (PAULUS dari Tarsus) adalah kumpulan cerita FIKTIF yang penuh dengan PENGHIANATAN dan sudah tentu tdk perlu untuk
disebut namanya apalagi cerita kedekatannya sebab tidak memiliki nilai tambah
yang dapat dijadikan pedoman hidup (Kepercayaa, hukum dan kaidah) manusia.
Kalau seperti itu tujuan
Al-Qur’an di atas yang salah satunya adalah MEMBENARKAN kitab terdahulu, maka
cerita penyaliban untuk bagaimana kita dapatkan kebenarannya haruslah kita
kembali pada sumber yang telah dibenarkan oleh Al-Qur’an tersebut, yaitu
Alkitab. Inilah salah satu duduk persoalannya.
Alkitab adalah kitab sumberisasi cerita
penyaliban tersebut, maka kebenarannya disanalah yang menjadi patut untuk
dilihat bukan lagi pada Al-Qur’an....!! Alkitab lah yang telah memuat semua
kisah penyaliban tersebut sekaligus sebagai catatan Tuhan yang diberikan kepada
umat manusia pada saat itu. Dengan demikian sangatlah ketidakrelevasinya ketika
cerita ini harus dipaksa kepada umat Islam untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Inilah ketidak tahuan umat Kristen sehingga dengan sedikit pongahnya berani memberikan pertanyaan yang seharusnya mereka jawab
sendiri. Nah kalau demikian adanya, maka mari kita lihat bersama benarkah Al-Qur’an
telah salah dalam membenarkan kisah tersebut ataukah sebaliknya seperti yang
diyakini oleh umat tersebut..??
KISAH PENYALIBAN
DALAM ALKITAB
Bila kita lihat pada
kisah yang tertuang dalam Alkitab sebagai
sumber utama cerita penyaliban, disini kita akan dapatkan empat karangan yang
sangat kontradiksi. Keempat pengarangnya memberikan kisah yang berbeda-beda
dengan mengutip ayat-ayat tertentu dari Perjanjian Lama sebagai inspirasi untuk
mengarang injilnya yang diyakini Kristen sebagai pemenuhan nubuat datangnya
sang Juru Selamat Yesus Kristus, padahal ayat-ayat yang dikutip tersebut sama
sekali tidak ada relevansinya dengan sosok Yesus dan sama sekali bukan ayat
nubuat, terlebih secara khusus menunjuk pada Yesus. Meski Markus dan Matius
memberikan gagasan yang sama tentang pemenuhan nubuat oleh Yesus.
Keempat pengarangnya
memberikan kisah yang berbeda-beda dengan mengutip ayat-ayat tertentu dari
Perjanjian Lama sebagai inspirasi untuk mengarang injilnya yang diyakini
Kristen sebagai pemenuhan nubuat datangnya sang Juru Selamat Yesus Kristus,
padahal ayat-ayat yang dikutip tersebut sama sekali tidak ada relevansinya dengan
sosok Yesus dan sama sekali bukan ayat nubuat, terlebih secara khusus menunjuk
pada Yesus. Meski Markus dan Matius memberikan gagasan yang sama tentang
pemenuhan nubuat oleh Yesus.
Keempat cerita
khayalan injil kanonik yang dimaksud dengan jelas memberikan narasi yang
berbeda-beda dengan tuangan redaksi yang sangat jelas untuk dipahami.
Markus dan Matius memberikan gagasan pemenuhan
nubuat yang sama tentang teriakan Yesus dan tindakan seseorang dengan bunga
karang kepada Yesus menjelang kematiannya sebagaimana yang tersebut dalam
Markus 15:34,36 dan Matius 27:46,48 yang sebenarnya merupakan kutipan ayat-ayat
dari Mazmur 22:2; 69:22.
Sementara Lukas mengutip Mazmur 31:6 sebagai
gagasan pemenuhan nubuat oleh Yesus menjelang kematiannya sebagaimana tersebut
dalam Lukas 23:46.
Sedangkan Yohanes mengutip Mazmur 22:16; 69:22
sebagai gagasan pemenuhan nubuat oleh Yesus seperti tersebut dalam Yohanes
19:28, "Aku haus!".
Lebih jauh, Yohanes memberikan skenario
lanjutan yang tidak terdapat dalam ketiga injil kanonik lainnya tentang
khayalan pemenuhan nubuat oleh Yesus dengan mengutip ayat-ayat Keluaran 12:46,
Bilangan 9:12, dan Mazmur 34:21 dan meletakkannya pada Yohanes 19:36, dan
mengutip Zakharia 12:10 untuk ditambahkan sebagai ayat sebagaimana tersebut dalam
Yohanes 19:37.
Lebih lanjut marilah
kita lihat permohonan Yesus sebelum “Penyaliban”
beberapa pernyataan
dari Alkitab juga menolak klaim adanya penyaliban terhadap Yesus.
1. Mazmur/ Psalm 91
menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus, karena:
a. Allah mendengar tangisannya, doanya,
menghilangkan rasa takutnya (Mazmur 91:15, 5, 3) dan menyelamatkannya dari
penangkapan (Mazmur 91:3). (15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab,
Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan
memuliakannya. (5) Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap
panah yang terbang di waktu siang, (3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan
engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Engkau tak
usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu
siang;
b. Tak ada malapetaka yang akan menimpa Yesus,
apalagi kematian melalui penyaliban! (Mazmur 91:10). (10) Malapetaka tidak akan
menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;
c. Yesus bahkan
menonton pada saat orang yang mirip dengannya disalibkan (Mazmur 91:8). (8)
Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap
ORANG-ORANG FASIK (bukan yesus);
d. Allah akan
menurunkan para malaikat untuk melindungi dan mengangkatnya (Mazmur 91:11-12,
14). (11) Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk
menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas
tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. (14) Sungguh, hatinya
melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab
ia mengenal nama-Ku;
e. Yesus hidup panjang umur dari sejak
dilahirkan sampai akhir zaman saat ia turun kembali ke bumi (Mazmur 16). (16)
Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya
keselamatan dari pada-Ku."
Ayat-ayat Mazmur ini
dijadikan dasar penolakan penyaliban Yesus karena ayat ini pula yang menegaskan
bahwa Yesus adalah anak kesayangan Allah dalam Perjanjian Baru (khususnya dalam
Luk 4:10-12 dan Mat 4:5-10).
2. Yeremia 23 : 5-9
menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus, karena Yesus adalah calon raja
teokratis Yahudi saat itu.
3. Yesaya/ Isaiah 52
dan 53, menolak klaim penyaliban terhadap Yesus karena:
a. Yang menjadi korban adalah orang yang
sangat buruk rupa (Yesaya 52:14; 53:2)
(14)
Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia, begitu buruk rupanya, bukan
seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, (2) Sebagai
taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak
tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun
tidak, sehingga kita menginginkannya. Sedangkan yang disalibkan sangat tampan
(setampan bintang film The Messiah), bahkan meskipun ia berlumuran darah tetap
saja ia terlihat tampan di The Passion of The Christ;
b. Yang
menjadi korban adalah orang yang sangat dihinakan, selalu dijauhi orang (Yesaya
53:3) (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan
yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Sedangkan Yesus
bahkan sejak dilahirkan pun membuat heboh banyak orang (Mat 2:1-11; Luk 2:8-20),
saat remaja telah memukau imam-imam Yahudi di Bait Allah (Luk 2:41-52), dalam
kehidupannya selalu menjadi pujaan orang banyak, sangat dihormati orang (Mat
21:1-7; Mark 11:1-11; etc), diurapi roh kudus (Mat 3:16-17; Mark 1:10-11; Luk
14:15-21; Yoh 1:32), penuh mukzijat menurut 4 injil kanonikal selama masa
pelayanannya, dari menyembuhkan orang sakit, memperbanyak makanan, mengusir
setan dan membangkitkan orang mati;
c. Yang
menjadi korban tidak mengatakan apapun (Yesaya 53:7), sedangkan yang dianggap
Yesus banyak berkata-kata....;
d. Yang menjadi korban tidak pernah melakukan
kejahatan dan menipu (Yesaya 53:9) (9) Ia dikuburkan bersama orang jahat;
makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan
kejahatan, dan tak pernah menipu." Sedangkan Yesus menurut Alkitab dapat
dikatakan pernah melakukan kejahatan, yaitu menjuluki anjing tanpa alasan
apapun kepada seorang wanita (Kanaan, Mat 15:22-26/ Siro fenisia? Mark
7:26-27), pernah mengutuk pohon ara karena tidak ada buahnya sedangkan saat itu
Yesus merasa kelaparan (Mat 21:18-20; Mark 11:12-20), pernah bersama
murid-muridnya mencuri gandum bahkan di hari sabat (Mat 12, Mark 2:22, Lukas
6), dan mungkin menipu pemilik keledai karena Bibel tidak menceritakan kapan
Yesus mengembalikan seekor keledai (atau 2 ekor Mat 21) yang katanya hanya
dipinjam sebentar (Mark 11, Lukas 19:30);
e. Yang menjadi korban penebus salah adalah
orang yang sangat merelakan dirinya dikorbankan (Yesaya 53:10);
Figur hamba Tuhan
yang menderita dalam Yesaya tersebut tentu saja bukan Yesus, karena Yesus tidak
memenuhi kriteria sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya. Dalam konteks
historisnya pun, Yesaya bukan mengarah (menubuatkan) pada suatu figur mesianik
yang jauh di depan, yang belum lahir, yang akan di azab, yang azab dan
kematiannya menyelamatkan, menebus umat manusia di seluruh dunia dalam segala
zaman, tetapi suatu figur historis tertentu pada zaman ketika Yesaya ditulis
(masa Pembuangan di Babel, abad VI SM). Bisa saja figur tersebut adalah seorang
imam, seorang nabi Yahudi, yang azabnya mendatangkan kesembuhan, kebaikan dan
kesejahteraan bagi bangsa Yahudi sendiri, bukan untuk dunia secara universal
dalam segala zaman.
Berdasarkan hal di
atas, maka sungguh benar Allah dengan firman-Nya, dimana menyatakan mereka yang
berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, jadi Al-Qur’an tidak menyatakan
Alkitab, tetapi menyatakan mereka/orang-orang, karena sebenarnya Alkitab pun
menolak adanya pembunuhan dan penyaliban terhadap Yesus Isa Al-Masih
'alaihissalam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bagian Alkitab
(Perjanjian Baru) yang mengonstruksi soteriologi salib, yang mengisahkan
terbunuhnya Yesus di kayu salib, bukan berasal dari firman Allah, tetapi
berasal dari orang-orang yang berselisih pendapat. Mereka inilah yang
menuliskan Perjanjian Baru, jauh setelah terjadinya peristiwa penyaliban
tersebut, yaitu pada permulaan abad kedua Masehi, dibawah arahan surat-surat
Paulus (yang berisi doktrin dosa warisan, penebusan dosa & pembatalan hukum
Taurat yang sudah lengkap sejak tahun 50 M), untuk membangun doktrin
soteriologi salib dalam Perjanjian Baru.
Dengan mengonstruksi
doktrin soteriologi salib, gereja perdana berhasil mengubah kematian orang yang
dianggap sebagai Yesus yang secara faktual adalah sia-sia menjadi kematian yang
bertujuan sesuai keinginan mereka. Mereka juga dapat mengatasi kegoncangan jiwa
dan rasa malu yang besar, dengan melakukan rasionalisasi atas berbagai hal
buruk yang sangat tragis, yang menurut
mereka telah dialami oleh Yesus. Dalam rangka merasionalisasi inilah,
sakralisasi terhadap jalan salib dan kematian atas orang yang dianggap sebagai
Yesus dilakukan: Ya, memang Yesus harus disengsarakan dan dizalimi dan dibunuh
karena semua ini sudah dikehendaki (Yunani: dei) Allah untuk menebus manusia
dari dosa-dosa mereka (dosa warisan maupun dosa masa kini) dengan jalan
mengurbankan Yesus, yang sangat sesuai dengan ajaran Paulus.
Oleh umat Kristen
Perjanjian Baru, teks Yesaya dikenakan kepada orang yang dianggap Yesus,
seperti dapat kita baca dalam 1 Petrus 2:22-25; khususnya ayat 24 yang memuat
kutipan langsung dari teks Yesaya: "Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuhnya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup
untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh." Mereka juga
menempelkan ayat-ayat Perjanjian Lama pada lidah dan mulut orang yang dianggap
Yesus, sehingga seolah-olah Yesus memang terlahir untuk disalibkan, seolah-olah
Yesus rela mati untuk menebus dosa manusia sedunia, seolah-olah Yesus mati
secara terkutuk dan mengenaskan sebagai tiket gratis ke surga. Padahal semua
itu tinggal mencomot isi Perjanjian Lama dan dimasukkan dalam Perjanjian Baru.
Dan tentu saja orang yang tergantung di kayu salib dan mengatakan Eloi, Eloi
lama sabhaktani oleh penulis Markus 15:34 dan Matius 27:46 (dengan mencomot
Mazmur 22:1) bukanlah Yesus, tetapi orang yang dianggap sebagai Yesus.
Kesimpulan :
1. Perbedaan gagasan pemenuhan nubuat di
antara keempat injil kanonik di atas dengan jelas membuktikan bahwa
"kematian Yesus di tiang salib hanyalah omong kosong dan rekayasa
belaka";
2. Dari sekian banyak ayat di atas
memberi kejelasan bahwa umat kristen sendiri telah berselisih paham siapa
sebenarnya yang disalib;
3. Al-Qur’an terbukti benar dalam
membenarkan kedua poin kesimpulan di atas, bahwa yesus (Isa. As) tidak mati
disalib (Orang Lain yang disalib) dan terlah terjadi selisih paham dalam keragu
raguan tentang kematian Yesus tersebut.
#PERTANYAAN
TERSELESAIKAN. BERHENTILAH BERTANYA DALAM KEDUNGUAN KALAU HANYA UNTUK
MEMPERKUAT SEBUAH KETIDAK BENARAN#
0 komentar:
Posting Komentar