Mengukir makna memang berbeda dengan mengukir kayu. Dalam setiap kontruksi makna makna terjadi interaksi dinamis antara realita sebagaimana apa adanya dan kebiasaan seseorang mengerti (Habit of understanding). Ia yang biasa mengerti dalam perspektif tidak puas, serba kurang, menuntut selalu lebih, akan melihat kehidupan yang tidak menyenangkan dimana saja dia berpijak bahkan dimana mana. Sebaliknya, ia yang berhasil melatih diri untuk selalu bersyukur ikhlas tulus sebuah hati lebih banyak melihat wajah indah kehidupan.
Belajar dari sini, titik berangkat dalam memaknai kekalahan adalah melihat kebiasaan kita dalam mengerti.
Kekalahan itu indah
dalam kehidupan ini, tidak ada seorangpun yang melarang tuk mengejar sebuah kemenangan. Kemenangan ibarat padi buat petani, ikan buat nelayan. Ia pembangkit energi yang membuat dunia ini berputar. Ia pemberi semangat agar manusia tidak kelelahan. Namun seberapa besar energi maupun semangat manusia bila putaran waktunya kalah tidak ada yang sanggup menolaknya.
Olek karena itulah, orang bijaksana belajar melatih diri untuk tersenyum baik di depan kemenangan maupun kekalahan. Berjuang, berusaha, bekerja, berdo'a tetap dilakukan. Namun bila hadiahnya kekalahan, hanya senyum saja yang memuliakan perjalanan, hanya senyumlah yang membuat hati berjalan dalam kedamaian.
Membawa tropi sebagai simbol kemenangan itu indah. Dihormati karena menang juga indah. Tapi tersenyum di depan kekalahan, hanya orang berpandangan mendalam yang bisa melakukannya. Ibarat gunung, pemenang pemenang itu serupa dengan batu - batu di puncak gunung. Mereka tidak bisa duduk di puncak gunung bila tidak ada batu-batu di dasar dan lereng gunung (baca : pihak yang kalah).
Sebagai orang yang bijaksana malah bergumam, kekalahan lebih memuliakan perjalanan dibandingkan kemenangan. Terutama karena di depan kekalahan manusia sedang dilatih, dicoba, dihaluskan. Kekalahan dijalan ini berfungsi seperti ampelas yang mau menghaluskan kayu mau jadi nilai seni berharga mahal. Serupa pisau tajam yang sedang melukai bambu yang akan jadi seruling mewakili keindahan.
Jarang terjadi ada manusia yang mengukir makna mendalam di tengah tengah gemilang kemenangan. Terutama karena kemenangan mudah sekali membuat manusia tergelincir dalam kemabukan dan lupa diri. Seperti halnya pengukir terbaik dan mengagumkan HH Dalai Lama yang menerima hadiah nobel perdamaian sekaligus sebagai warga negara kelas satu setelah melewati kesedihan dan kekalahan selama puluhan tahun di pengasingan.
0 komentar:
Posting Komentar